ID   EN
Universitas Mercu Buana

News

KOLABORASI DUA KEILMUAN YANG BERBEDA

   2816    2 min

Wakil Dekan Fakultas Teknik UMB – Hadi Pranoto dan Praktisi IT atau Dosen Sistem Informasi UMB – Abdi Wahab sedang menjelaskan SLIFA kepada wartawan

Menciptakan suatu alat yang inovatif tidak hanya bergantung pada bidang keilmuan yang sama. Saat ini bisa kita kembangkan sebuah alat yang berbasis pada riset dan inovasi dari kolaborasi keilmuan yang berbeda, seperti yang dikembangkan oleh Wakil Dekan Fakultas Teknik UMB – Hadi Pranoto dan Praktisi IT atau Dosen Sistem Informasi UMB – Abdi Wahab.

Keduanya berhasil menciptakan sebuah alat yang diberi nama “SLIFA” (Speed Limiter Intergrated Fatigue Analyzers) atau biasa disebut sebagai alat deteksi pengemudi yang mengantuk. Ide awal menciptakan alat ini, Hadi merasa prihatin dari banyaknya kecelakaan yang sering terjadi karena pengemudi yang mengantuk. Dan banyak pula dari kecelakaan tersebut yang berujung pada kematian. Data tahun 2016 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan setiap 24 detik, satu orang meninggal karena kecelakaan lalu – lintas.

Foto : “SLIFA” (Speed Limiter Intergrated Fatigue Analyzers)

Oleh karena itu, Hadi menuturkan bahwa target utama yang hendak dicapai dalam menciptakan alat ini bukan nilai value nya, tetapi bagaimana bisa memberikan pemahaman kepada pengemudi untuk menghilangkan human error. “Yang kita harapkan paling penting adalah kesadaran pengemudi untuk keselamatan berkendara,” tambahnya secara tegas.

SLIFA telah mendapatkan paten yang keluar pada tahun 2018 akhir, dan mendapatkan pendanaan tiga tahun sekitar 1 Milyar dari Dikti tahun 2020. Pada tahun 2017, sudah mulai dijual ke perusahaan seperti : Pertamina dan Hino. SLIFA ini bisa dipasang pada semua mobil tetapi lebih difokuskan pada kendaraan komersil (truk dan bus).

Cara kerja SLIFA sendiri yaitu mendeteksi sensor kecepatan. Sensor kecepatan fungsinya untuk mendeteksi dan membatasi kecepatan. Kemudian untuk mengantuk itu dideteksi oleh sensor pada safety belt yang dilengkapi dengan sensor detak jantung. Lalu untuk wajahnya di recognition dengan sebuah kamera untuk mendeteksi kondisi wajah, mata dan mulut saat menguap. Dari semua data di sensor tersebut baru jadi skala mengantuk. Ketika pengemudi dideteksi mengantuk sesuai skala mengantuk, maka sensor yang ada di kecepatan akan bereaksi mengurangi kecepatan.

Mengenai reporting data, Abdi menjelaskan bahwa semua sensor yang bekerja itu ada data – datanya. “Data tersebut bisa di report, SLIFA dilengkapi oleh simcard GSM yang mengirim data – data ke server, setelah itu bisa di download di aplikasi SLIFA yang sudah disiapkan,” jelas Abdi.

Kelebihan lainnya, walau alat ini rusak karena terbakar atau hal lain, data otomatis sudah terkirim ke server. Data tersebut tersimpan di sistem selama tujuh hari dan dapat digunakan untuk identifikasi jika terjadi kejadian kecelakaan, tetapi jika dianggap tidak ada kejadian otomatis hangus.(penulis: Priyo Wahyudi/ editor: Riko Noviantoro /Biro Sekretariat Universitas dan Hubungan masyarakat / www.mercubuana.ac.id / [email protected] / https://pendaftaran.mercubuana.ac.id/)



Next PostPrevious Post